Plat nomor kendaraan bermotor di rumah saya itu baru habis 28 Maret 2015, beberapa bulan lalu, masih berminggu2 lagi jatuh temponya, ketika melintas di salah-satu perempatan jalan, disemprit sama polisi. Apa salahnya? Belum diganti dengan yang baru. Tapi kan belum jatuh tempo, masih lama, tetap tidak bisa, situ minta ditilang? Polisinya ngotot, runyam urusan.
Nah, maka lihatlah, beberapa hari lalu, 9 mobil Lamborghini, 7 diantaranya bahkan tidak pasang plat nomor di depan, malah dikawal oleh polisi. Konvoi mereka, bergaya, keliling kota. Bebas-bebas saja, padahal jelas sekali, merujuk peraturan UU, setiap kendaraan bermotor, harus pasang plat nomor. Ditonton banyak orang, ditertawakan orang2 karena betapa beginilah hukum di Indonesia, polisi malah bangga melakukan pengawalan.
Respek macam apa yang diharapkan, polisi?
Kasus penangkapan Novel Baswedan salah-satu contoh lainnya. Kasus ini sudah terjadi 2004, Novel sudah diperiksa, dan disimpulkan tidak melakukan pelanggaran serius, dia bahkan saat itu tetap menjabat di posisinya di Bengkulu. Selesai. Tahun 2015, 10 tahun berlalu, Novel digelandang seperti penjahat kelas kakap. Baik, kalau memang si Novel ini menembak itu pencuri burung walet, maka tanyakan ke hati nurani kalian, polisi, reserse mana yang tidak pernah mengejar pencuri, penjahat? Yang tidak pernah menembak penjahat? Kalau dia reserse yang baik, dia pasti pernah memburu dan mungkin terpaksa menembak penjahat. Karena itu tugasnya. Kecuali kalau resersenya suka "berdamai".
Lantas kalian berlagak ini masalah kriminal murni? Ya Tuhan, ini bukan srimulat, bukankah jelas situasinya?
Ijinkan saya bertanya, seberapa sakit kalian saat pejabat tinggi kalian yang korup di gelandang KPK? Seberapa kuat setia kawan yg kalian miliki? Hingga tutup mata apapun situasinya? Sementara di luar sana, ada rekening puluhan milyar tanpa pernah dibahas2, ada pengadaan ratusan milyar tanpa pernah diungkit2.
Maka, respek macam apa yang diharapkan, polisi?
Saya percaya, masih ada polisi yang benar2 paham dengan tugasnya di sana. Mungkin hanya sedikit, tapi dari merekalah hal2 baik akan datang. Yang benar2 bekerja, bukan sibuk manggil wartawan untuk image building. Yang benar2 amanah, bukan malah sibuk membela diri--hingga lupa, setiap receh gaji kalian, dibayar dari keringat rakyat, bukan uang orang tua kalian. Sungguh, jika kalian tidak kuat lagi jadi polisi, sakit hati dikiritisi orang lain, marah2 setiap kali dianggap tidak becus, maka mundur sajalah. Jenderal misalnya, duh, gaji kalian, jabatan kalian, kekuasaan kalian, itu semua diongkosi oleh kami. Umar Bin Khattab yg sangat mulia itu saja, gemetar setiap kali diingatkan soal ini. Takuuuut sekali.
Nah, kembali lagi soal lamborghini tadi, lantas gimana? Apakah besok lusa akan kalian kawal lagi?
Respek macam apa yang diharapkan, polisi?
Kasus penangkapan Novel Baswedan salah-satu contoh lainnya. Kasus ini sudah terjadi 2004, Novel sudah diperiksa, dan disimpulkan tidak melakukan pelanggaran serius, dia bahkan saat itu tetap menjabat di posisinya di Bengkulu. Selesai. Tahun 2015, 10 tahun berlalu, Novel digelandang seperti penjahat kelas kakap. Baik, kalau memang si Novel ini menembak itu pencuri burung walet, maka tanyakan ke hati nurani kalian, polisi, reserse mana yang tidak pernah mengejar pencuri, penjahat? Yang tidak pernah menembak penjahat? Kalau dia reserse yang baik, dia pasti pernah memburu dan mungkin terpaksa menembak penjahat. Karena itu tugasnya. Kecuali kalau resersenya suka "berdamai".
Lantas kalian berlagak ini masalah kriminal murni? Ya Tuhan, ini bukan srimulat, bukankah jelas situasinya?
Ijinkan saya bertanya, seberapa sakit kalian saat pejabat tinggi kalian yang korup di gelandang KPK? Seberapa kuat setia kawan yg kalian miliki? Hingga tutup mata apapun situasinya? Sementara di luar sana, ada rekening puluhan milyar tanpa pernah dibahas2, ada pengadaan ratusan milyar tanpa pernah diungkit2.
Maka, respek macam apa yang diharapkan, polisi?
Saya percaya, masih ada polisi yang benar2 paham dengan tugasnya di sana. Mungkin hanya sedikit, tapi dari merekalah hal2 baik akan datang. Yang benar2 bekerja, bukan sibuk manggil wartawan untuk image building. Yang benar2 amanah, bukan malah sibuk membela diri--hingga lupa, setiap receh gaji kalian, dibayar dari keringat rakyat, bukan uang orang tua kalian. Sungguh, jika kalian tidak kuat lagi jadi polisi, sakit hati dikiritisi orang lain, marah2 setiap kali dianggap tidak becus, maka mundur sajalah. Jenderal misalnya, duh, gaji kalian, jabatan kalian, kekuasaan kalian, itu semua diongkosi oleh kami. Umar Bin Khattab yg sangat mulia itu saja, gemetar setiap kali diingatkan soal ini. Takuuuut sekali.
Nah, kembali lagi soal lamborghini tadi, lantas gimana? Apakah besok lusa akan kalian kawal lagi?
0 komentar:
Posting Komentar