Rabu, 06 Mei 2015

Upaya Mengatasi Patologi sosial


1.Memberikan pengajaran dan menjelaskan tentang pendidikan kewarganegaraan, nilai-nilai pancasila dan nili kebangsaan pada semua masyrakat Indonesia, sehingga semua nilai mendarah daging kpada seluruh rakyat dan warga dapat sadar dan mengerti tentang permasalahan bangsa dan menkonsistenikan segala tindakan warga terhadap nilai-nilai bangsa 
2.   Mengidenfikasi dan menganalisis kembali kebijakan pemerintah yang telah dibuat, dengan harapan tidak ada kekecewaan rakyat terhadap kebijakan pemerintah,atau apabila ada kekecwaan dari rakyat dan menyebabkan permasalahan dalam kebijakan,maka hal ini dapat diselesaikan dengan cara membicarakan kembali permasalahan yang terjadi dengan rakyat sehingga dapat terselesaikan secara musyawarah 
3.   Membuat beberapa organisasi atau departemen yang menampung aspirasi dan keluhan rakyat terhadap segala permaslahan pemerintah,demokrasi,dan ham 
4.   Menjelaskan akan pentingnya partisipasi aktif rakyat daam demokrasi dan pentingnya demokrasi yang bertanggung jawab 
5.   Menindak dengan tegas setiap pelanggaran hokum,demokrasi, dan ham sesuai dengan UU dan peraturan 
6.   Mentransparansi beberapa informasi yang penting bagi rakyat baik berupa informasi pelanggaran, kebijakan dan memprivatisasi segala informasi yang dapat memecah belah demokrasi dan persatuan kesatuan bangsa 
7.   Mengatur dan Membebaskan rakyat untuk membuat ormas-ormas politik,social yang penting bagi masyarakat sesuai dengan nilai demokrasi yang bertaggung jawab 
8.   Membuat kebijakan yang memperhatikan kepentingan rakyat,sehingga setiap elemen pemerintahan, industri, ekonomi, dan lainnya memberi perhatian kepada rakyat yang membutuhkan 
9.   Memberikan kesejaheraan pendidikan kepada rakyat secara optimal dan layak,serta terdistribusi secara layak kepada masyarakat 
10. Menindak secara tegas pelanggaran-pelanggaran terhadap system budaya ekonomi dan pelanggaran terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan.
11. Memberikan pegajaran dan pemahaman nilai-nilai agama secaa mendarah daging pada masyarakat.
12. Membuka lapangan pekerajaan bagi para pengganguran 
13. Membangun dan menanam kembali pohon-pohon serta taman kota untuk mengurangi polusi 
14.Memberikan konsep dan pengajaran pada rakyat tentang nilai-nilai patriot dalam pembelaan Negara baik dalam pembelaan Negara dalam serangan militer dan nonmiliter 
15. Memelihara dan membudayakan budaya yang penting bagi jati diri bangsa 
16.Memfilter dan menindak tegas pelanggaran terhadap budayadan jati diri bangsa 
17.Selalu mengidentifikasi, menganalisis dan merencanakan kebijakan pemerintah agar dapat selalu berkembang dan berevolusioner kearah yang lebih baik dan optimal sehingga mencegah adanya kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah 
18.Berpatisipasi aktif,memilih dan memfilter calon anggota pemerintahan secara ketat,sehingga mendapatkan anggota pemerintahan yang berkompeten dan memperatikan kepentingan rakyat secara bijaksana
19. Seuruh elemen Negara harus memperhatikan dan peduli terhadap kesejahteraan rakyat dalam pendidikan, ekonomi, dan lainnya 
20. Pemerataan kesejahteraan rakyat dalam pendidikan, ekonomi, dan lainnya secara terdisibusi dengan baik dan lancar hingga daerah terpencil 
21. Pemerintah dan seluruh elemen masyakat harus lebih menghormati dan meghargai jasa-jasa para pahlawa, dan tidak hanya pada pahlawan militer.


Senin, 04 Mei 2015

Geopolitik PPT

*Sedikit Pengetahuan


Kalian mengikuti diskusi tentang hutang Indonesia ke IMF. Yang hingga SBY sekalipun harus mengklarifikasi di twitternya.
Maka baiklah, akan saya bantu luruskan. Tidak usah dianggap serius, karena toh, saya ini cuma akuntan abal-abal.

Hutang Indonesia ke IMF itu memang sudah lunas. Beres. SBY sudah benar memberikan pernyataan itu.
Lantas kenapa ada pejabat pemerintah sekarang menunjukkan data dari Statistik Utang Luar Negeri Indonesia yang diterbitkan oleh BI, bahwa Indonesia masih berhutang 2,9 milyar dollar? Itu karena membaca laporan itu tidak harus saklek. Ketika BI mencantumkan sebuah pos pada posisi "hutang", maka itu boleh jadi adalah aset IMF yang memang diletakkan di setiap bank sentral. Sesuai prinsip akuntansi, maka tentu harus dicatat sebagai "kewajiban". IMF itu punya tugas menjaga likuiditas global, lazim sekali mereka melakukan alokasi tersebut. Coba baca laporan keuangan Bank, tabungan atau deposito dari masyarakat akan diletakkan di posisi "hutang".
Saya kira ini sudah clear sekali. Hanya cukup sedikit pengetahuan mengenai akuntansi.
Toh, kalau mau terus-terang, saya sih lebih percaya omongan SBY dibanding rezim yang bahkan mengurus jenderal bintang 3 saja entahlah. Dan lihatlah, atas semua itu, harganya mahal sekali, KPK kehilangan dua pemimpinnya.
**siapapun yang mau komen ngotot menganggap itu tetap "hutang", maka pastikan memiliki pengetahuan dasar tentang akuntansi. ketika kita nabung ke bank, jelas sekali itu tidak masuk kategori "hutang" seperti kita pinjam umumnya, meski di banknya, tabungan kita itu dicatat sebagai passiva.

*Saat Hujan

Berteriaklah di depan air terjun tinggi,
berdebam suaranya memekakkan telinga
agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak

Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi,
pucuk2nya lebih tinggi dari kepala
agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari
Termenunglah di tengah senyapnya pagi,
yang kicau burung pun hilang entah kemana
agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu
Dan, menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan
Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya
Perasaan adalah perasaan,
Hidup bersamanya bukan kemalangan,
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran
betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah
Maka nasehat lama itu benar sekali,
Menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan
*Tere Liye

Respek Macam Apa?

Plat nomor kendaraan bermotor di rumah saya itu baru habis 28 Maret 2015, beberapa bulan lalu, masih berminggu2 lagi jatuh temponya, ketika melintas di salah-satu perempatan jalan, disemprit sama polisi. Apa salahnya? Belum diganti dengan yang baru. Tapi kan belum jatuh tempo, masih lama, tetap tidak bisa, situ minta ditilang? Polisinya ngotot, runyam urusan.
Nah, maka lihatlah, beberapa hari lalu, 9 mobil Lamborghini, 7 diantaranya bahkan tidak pasang plat nomor di depan, malah dikawal oleh polisi. Konvoi mereka, bergaya, keliling kota. Bebas-bebas saja, padahal jelas sekali, merujuk peraturan UU, setiap kendaraan bermotor, harus pasang plat nomor. Ditonton banyak orang, ditertawakan orang2 karena betapa beginilah hukum di Indonesia, polisi malah bangga melakukan pengawalan.
Respek macam apa yang diharapkan, polisi?
Kasus penangkapan Novel Baswedan salah-satu contoh lainnya. Kasus ini sudah terjadi 2004, Novel sudah diperiksa, dan disimpulkan tidak melakukan pelanggaran serius, dia bahkan saat itu tetap menjabat di posisinya di Bengkulu. Selesai. Tahun 2015, 10 tahun berlalu, Novel digelandang seperti penjahat kelas kakap. Baik, kalau memang si Novel ini menembak itu pencuri burung walet, maka tanyakan ke hati nurani kalian, polisi, reserse mana yang tidak pernah mengejar pencuri, penjahat? Yang tidak pernah menembak penjahat? Kalau dia reserse yang baik, dia pasti pernah memburu dan mungkin terpaksa menembak penjahat. Karena itu tugasnya. Kecuali kalau resersenya suka "berdamai".
Lantas kalian berlagak ini masalah kriminal murni? Ya Tuhan, ini bukan srimulat, bukankah jelas situasinya?
Ijinkan saya bertanya, seberapa sakit kalian saat pejabat tinggi kalian yang korup di gelandang KPK? Seberapa kuat setia kawan yg kalian miliki? Hingga tutup mata apapun situasinya? Sementara di luar sana, ada rekening puluhan milyar tanpa pernah dibahas2, ada pengadaan ratusan milyar tanpa pernah diungkit2.
Maka, respek macam apa yang diharapkan, polisi?
Saya percaya, masih ada polisi yang benar2 paham dengan tugasnya di sana. Mungkin hanya sedikit, tapi dari merekalah hal2 baik akan datang. Yang benar2 bekerja, bukan sibuk manggil wartawan untuk image building. Yang benar2 amanah, bukan malah sibuk membela diri--hingga lupa, setiap receh gaji kalian, dibayar dari keringat rakyat, bukan uang orang tua kalian. Sungguh, jika kalian tidak kuat lagi jadi polisi, sakit hati dikiritisi orang lain, marah2 setiap kali dianggap tidak becus, maka mundur sajalah. Jenderal misalnya, duh, gaji kalian, jabatan kalian, kekuasaan kalian, itu semua diongkosi oleh kami. Umar Bin Khattab yg sangat mulia itu saja, gemetar setiap kali diingatkan soal ini. Takuuuut sekali.
Nah, kembali lagi soal lamborghini tadi, lantas gimana? Apakah besok lusa akan kalian kawal lagi?

Biografi Siti Anisa Putri Utami



Nama               : Siti Anisa Putri Utami
NIM                : 06081381419053
TTL                 : Palembang, 23 Juli 1996
Email               : sitianisapu@gmail.com
Agama             : Islam
Pekerjaan         : Mahasiswa
Alamat             : Jalan Mayorzen Lorong Wanaasri Kec. Kalidoni Palembang
Pendidikan      :
                                1.      TK Dharma Wanita Palembang
                                2.      SD YSP Pusri Palembang
                                3.      SMP N 8 Palembang
                                4.      SMA YPI Tunas Bangsa
                                5.      Universitas Sriwijaya 

Biografi Dr. Ely Susanti, S.Pd, M.Pd.

  


Nama               : Dr. Ely Susanti, S.Pd, M.Pd.
NIP                  : 198009292003122002
TTL                 : Palembang, 29 september 1980
Alamat             : Jalan Pangeran Ayin, Kompleks Sako Garden Blok D16 Palembang, 30163.
Email               : ely_pasca@yahoo.com
No. Telp          : 081367717886
Pendidikan      :

Dr. Ely Susanti, S.Pd, M.Pd. adalah salah satu dosen Pendidikan Matematika di Universitas Sriwijaya. Beliau yang akrab dipanggil ibu Ely oleh anak didiknya itu mengajar mata kuliah Kalkulus I dan Kalkulus II. Beliau merupakan alumni dari SMAN 3 Palembang angkatan 1995. Pada tahun 1998 – 2001 beliau menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNSRI pada program studi Pendidikan Matematika untuk mendapatkan gelar strata satu. Lalu melanjutkan pendidikan strata 2 Magister Pendidikan pada tahun 2006 di Universitas Sriwijaya dan meraih gelar M. Pd. Melanjutkan pendidikan S3  di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat dan meraih gelar doktor.